Banyak alasan orang menggunakan kawat gigi. Ada yang
ingin memperindah giginya, ada yang memang harus menggunakannya untuk alasan
medis, ada juga yang sekedar ikut-ikutan tren. Jenis kawat gigi pun beragam,
ada yang terbuat dari logam titanium atau stainless steel, polimer komposit,
dan keramik. Penggunaan polimer komposit sebagai bracket kawat gigi kurang
dilirik karena sifat mekanisnya yang lebih rendah dari gigi sehingga waktu
pemakaian menjadi lebih lama dan mudah tergerus. Sedangkan logam, sampai
sekarang banyak digunakan karena sifatnya yang kuat dan kaku. Namun, sayangnya
logam mudah bereaksi dengan sistem imun pengguna yang sensitif terhadap logam
dan secara estetika kurang disukai. Untuk menyiasatinya, biasanya ditaruh
material plastik warna-warni yang bisa diganti ke dalam bracket logam. Tetapi cara
ini tidak disukai orang-orang dewasa. Sekarang ini, penggunaan bracket keramik
lebih disukai, karena selain sifat dan kemampuannya setara dengan logam, ia
juga memiliki nilai estetika tinggi dengan sifat translusen-nya yang membuat
pemakainya tak terlihat seperti memakai kawat gigi. Kelebihan bracket yang
terbuat dari keramik (clear bracket or
braces) dibanding logam diataranya adalah sebagai berikut:
·
Estetika.
·
Biokompatibilitas yang sangat baik.
·
Ketahanan korosi.
·
Stabilitas terhadap lingkungan (inert)
·
Tidak beracun (stail secara kimia)
·
Ketahanan staining dan diskolorisasi (akibat
porositas rendah)
Pada awalnya, clear bracket dikembangkan oleh NASA
Advanced Ceramic Reasearch untuk melindungi antena pada mesin misil pendeteksi
panas. Kemudian sebuah perusahaan bernama Ceradyne, yang sedang meneliti jenis
bracket agar memiliki nilai estetika tinggi, tertarik dan mencobanya menjadi
kawat gigi. Ternyata sifat mekanis material tersebut tak kalah dari logam dan
mulailah dikomersilkan sebagai clear bracket.
Bracket kawat gigi jenis ini, selain bisa tak terlihat
juga bisa dibuat berwarna-warni, tergantung jenis keramik yang dipakai.
Material utama pembuat bracket jenis ini merupakan keramik mutakhir yang
mempunyai sifat transparan dan atau translusen. Transparan berarti tembus
pandang yang tidak menghambat pandangan untuk melihat benda dibelakangnya.
Sedangkan translusen, lebih berarti tembus sinar tapi kita tidak bisa melihat
benda yang berada di belakang benda translusen.
Clear bracket umumnya terbuat dari alumunium oksida,
yaitu translucent polycristalline alumina (TPA), dan monocrystalline alumina
(monocrystalline saphire). Perbedaan mendasar adalah pada sifat optisnya.
Monocrystalline alumina bersifat lebih translusen sedangkan polycrystalline
alumina lebih berwarna putih seperti gigi. Material lain yang sedang
dikembangkan adalah zirconium bracket.
Policrystalline Alumina Bracket
Dibuat dengan mencampur binder yang sesuai dengan
partikel alumunium oksida (0,3m)
ke dalam sebuah cetakan berbentuk bracket. Campuran lalu di-sintering pada
temperatur > 1800oC untuk menghilangkan binder. Untuk memotong
bagian lubang tempat archwire, digunakan alat potong intan. Perlakuan panas
kemudian diberikan untuk menghilangkan tegangan akibat proses potong dan
menghilangkan cacat permukaan yang mungkin terjadi saat proses manufaktur.
Proses sintering menghasilkan mikrostruktur
polycrystalline alumina dengan banyak butas butir dan sedikit sifat translusen.
Ketika melewati keramik polycrystalline alumina, tidak semua cahaya yang datang
akan diteruskan. Sebab, ada perbedaan indeks refraksi akibat perbedaan arah
kristalografi pada butir-butir dan ada proses penghamburan di batas butir.
Sifat optis dan kekuatan pada material ini berbanding
terbalik. Semakin besar ukuran butir, akan semakin besar sifat translusen
material. Akan tetapi, bila ukuran butir melebihi 30m
material ini akan kehilangan kekuatannya. Oleh karena itu, perlakuan panas
setelah permesinan harus dikontrol dengan hati-hati untuk mencegah tumbuhnya
butir yang akan menurunkan sifat mekanis material. Segala bentuk cacat pada
batas butir atau sisa partikel sintering, walau hanya sebesar 0,001%, bisa
menjadi tempat inisiasi retak saat diberi beban atau tegangan.
Monocrystalline Alumina Bracket
Langkah pertama dalam membuat monocrystalline atau
single-crystal alumina adalah mendinginkan lelehan alumunium oksida kemurnian
tinggi secara terkontrol setelah dipanaskan ke temperatur >2100oC.
Hasilnya berupa bulk single-crystal alumina dalam bentuk rod atau batang,
kemudian di bentuk menjadi bentuk bracket menggunakan alat potong intan, Nd:YAG
laser, atau ultrasonic. Proses pemotongan sangat sulit karena mikrostruktur
single kristal membuat material ini memiliki kekerasan paling tinggi ketiga
diantara material-material yang ada. Monocrystalline alumina bracket juga
diberi perlakuan panas untuk menghilangkan kotoran atau cacat di permukaan dan
tegangan akibat proses permesinan.
Cacat atau defect pada keramik monocrystalline alumina
jauh lebih sedikit dibanding pada pollycrystalline alumina. Begitu juga dengan sifat optisnya,
single-crystal alumina memiliki sifat translusen yang sangat baik. Hal ini
disebabkan oleh ketidakhadiran batas butir yang mengurangi efek penghamburan. Walaupun,
ada sedikit sifat birefringence (dua
indeks refraktif berbeda yang terjadi pada material anisotropi) akibat variasi
indeks refraksi yang berbeda untuk arah kristalografi berbeda.
Perbandingan sifat mekanis antara pollycrystalline
alumina dengan monocrystalline alumina bisa dilihat pada Tabel 1. Ketika sudah ada
inisiasi retak, tegangan yang diberikan akan lebih mudah menginisiasi
penjalaran retak pada material monocrystalline alumina. Pada pollycrystalline
alumina, perambatan retak terlihat acak sepanjang batas butir
(intergranular). Gambar 3 merupakan
hasil SEM yang memperlihatkan bentuk patahan kedua material. Kekuatan kedua
material ini bisa ditingkatkan dengan menghilangkan segala bentuk pengotor atau
cacat permuakaan yang bisa menjadi penyebab konsentrasi tegangan dan tempat
inisiasi retak. Mengurangi ukuran butir juga bisa meningkatkan kekuatan dari
material polycrystalline alumina.
Zyrconium Bracket
Selain polycrystalline alumina dan monocrystalline
alumina, material lain yang menjajikan adalah pollycrystalline zirconia yang
memiliki fracture toughness lebih baik dibandingkan pollycrystalline alumina. Akan
tetapi, zyrconium bracket ternyata belum bisa mengalahkan alumina oksida dalam
hal warna, opasitas, dan koefisien friksi. Polycrystalline zirconium bracket
dibuat dengan metode impression molding yang diikuti dengan hot isotactic
pressing (HIP). Yttrium oxide-partially stabilezed zirconia (YPSZ) diperoleh
dalam bentuk bulk dengan men-sintering (tanpa tekanan, hingga 95% berat jenis
teoritis) campuran serbuk zirconia sangat halus (0,2m)
dan 5% yttrium oksida. Hasilnya adalah mikrostruktur poikristralin dengan besar
butir rata-rata 0,5m.
Proses HIP kemudian dilakukan untuk menghilangkan porositas yang masih ada
tanpa terjadi pertumbuhan butir yang berarti. Tabel 2 memperlihatkan
perbandingan sifat TPA dengan YPSZ dalam bentuk bulk.
Walaupun sebenarnya ceramic bracket lebih baik dan
sudah banyak penggunanya, pamornya memang kalah jika dibandingkan dengan metal
bracket. Alasan utama mungkin adalah harga material ceramic bracket yang mahal,
dan belum semua dokter bisa melakukan pemasangan clear bracket ini. Selain itu,
masalah utama yang terus dicoba untuk diatasi adalah kekerasan ceramic bracket,
yang 9 x lebih tinggi dari stainless steel bracket, bisa menggerus permukaan
gigi bila terjadi kontak secara ekstensif. Untuk itu, maka base (bagian yang
menempel pada gigi) ceramic, dilapisi dengan adhesif resin (silane atau polycarbonate laminate) yang juga akan
membentuk ikatan dengan enamel gigi.